Ilmu Tingkat Tinggi
π
Ada dan Tiada
Cangkir menjadi ada, bukan karena bentuk wujudnya yang terlihat. Tapi sesungguhnya ia ada karena ada ketiadaan didalamnya. Cangkir memiliki ruang hampa di antara sekat melingkar dan menjadilah ia wujud sebagai cangkir.
Apakah ruang hampa yang tiada apa apa itu disebut cangkir?
Tentu tidak. Tapi ketiadaan di dalam cangkir adalah salah satu mewujudnya sebuah cangkir. Tanpa "ketiadaan" itu maka cangkir tak pernah ada. Tak pernah tampak dan bahkan namanya saja juga tak akan pernah disebut.
Lain hal dengan mobil. Mobil terlihat ada. Tapi tanpa pengendara, mobil hanya sebuah barang tak berguna selain pajang mengisi ruang di bumi. Mobil itu menjadi sebuah mobil yang berfungsi hanya apabila ada si pengendara yang mengatur dan mengendalikan mobil itu.
Apakah si pengendara itu adalah mobil?
Tentu tidak. Mobil bukan pengendara dan pengendara bukan mobil. Tapi keduanya mewujud dalam sebuah kenyataan mobil yang bergerak dan seolah hidup.
π
Begitulah cara memahami kalau sebenarnya manusia itu, tak pernah ada. Ia menjadi ada karena jasadnya dikendalikan oleh sesuatu. Sebutlah sesuatu itu pikirannya. Lalu apakah pikirannya itu dirinya?
Tentu tidak.
Apakah jasadnya itu dirinya?
Disinilah mulai kening berkerut dan hati mulai menghamba dan merasa.
Jasad atau diri atau personal (dari bahasa Yunani : persona = topeng) manusia sering dipersepsikan sebagai "aku" dan "kamu"
Padahal jika memang diri itu "aku" maka bisakah berkehendak sesuai dengan pikirannya?
Bisakah ia mengatur diri jasad tadi dengan sempurna?
Bahkan detik ke berapa ia tidur dan kapan terbangun saja dia tak tahu. Rambut memutih pun dia tak kuasa melarang.
Apakah semua yang berpikir dan merasa di dalam diri jasad itu adalah "aku"?
Apa iya? Apa bisa isi pikiran dan isi perasaan itu bisa sekehendaknya?
Tidak juga kan??
Pendek kata, "aku" pada diri manusia itu secara totalitas tak pernah ada.
Adanya manusia karena terdapatnya "ketiadaan yang tak terlihat" dalam diri itu. Jika ingin menemukan "aku" yang sebenarnya, maka Ia harus berada di luar jasad dan di luar pikiran dan perasaan manusia.
Jika masih mengganggap siapa yang berfikir itu adalah "aku" maka bisakah anda menentukan isi pikiran dan apa yang akan dipikirkan?
Ternyata tidak. Pikiran berjalan seolah ada yang mengatur. Pikiran adalah pikiran bukan yang berfikir.
Sama hal dengan mobil adalah mobil, pengendara adalah pengendara. Berbeda ke duanya. Isi pikiran, atau apa yang dipikirkan, serta yang berfikir tidak sama. Yang berfikir dengan yang mengatur, mengendalikan berfikir itu juga tidak sama. Yang jelas "aku" yang anda sangka pada diri anda itu, bukanlah siapa yang sebenarnya.
ππ
Out of the box
Have a nice day
No comments:
Post a Comment
Terima kasih atas kunjungan anda