Monday, 17 February 2020

Kisah Kasih




Di suatu dusun.
Tersebutlah seorang ulama besar.  Dipanggil Syaikh.  Mendengar tapak kakinya saja,  orang yang ngerumpi saat magrib terbang hambur jadinya.

Syaikh ini punya satu satu nya anak perempuan.  Tentu saja cantik.  An nisa namanya. 

An nisa suka pakai jilbab ungu. Kalau berjalan di sore hari menuju barat,  orang tak akan melihat pada sunset, tapi melihat kibaran ujung jilbab An nisa diterpa kombinasi angin dan cahaya senja. Selain karena silau juga di jalan itu ada pohon mangga besar menghalangi matahari terbenam. Tentu satu satunya tiada lain pilihan mata,  selain ke arah An nisa.

Ada lah 3 pemuda.  Yang satu Yassin,  Yang dua lainnya Yusuf dan Lukman.   Mereka sudah siap untuk menikah.  Sayang sekali kesiapan mereka tertuju pada satu orang saja.  An nisa.
🤗

Selepas isya,  ke tiga nya sama sama berdiri di tepi jalan usai shalat di surau nya Syaikh itu. Apa yang mereka tunggu?  An nisa jelas tak akan melewati jalan itu kalau malam tiba. 
An nisa langsung masuk rumah di belakang surau.  Meninggalkan seberkas sinar kasih pada malam menjelang.

Rembulan mengintip di balik awan.

Apa yang ditunggu mereka pun datang.  Yang mereka tunggu adalah kesepakatan.
Yaitu suatu komitmen dan pertarungan hidup mati.  Mereka sepakat sudah.  Bertiga datang mengunjungi Syaikh. 

Bintang di langit berkelap kelip.  Kadang biru lembut dan  tiba tiba terang.  Pas pada titik terang seketika itu juga terdengar ketokan pintu rumah Syaikh. 

Tak usah dibayangkan bagaimana degup jantung Yasin,  Yusuf dan Lukman.  Serentak mereka ucapkan salam. Dan pada detik kelipan bintang sayu,  terdengar jawaban dari dalam :
"Wa 'alaikum salam"

Sekonyong konyong rembulan dan bintang lenyap ditutup awan hitam.  Seolah badai menerjang ke 3 pemuda ini.  Tapi dengan saling berpegang tangan dan remasan erat tak biasa k 3 nya bertahan sampai pintu dibuka.

Kreeet...
Suara daun pintu.
"Ada apa? " tanya Syaikh dengan lembut.  Tapi selembut apapun tetap laksana topan menghantam menara eifel.

"Kami ada urusan penting pak Syaikh"
Ke tiga tanpa komando serentak menjawab.

"Masuklah"
Syaikh pun mempersilakan masuk. 
Ke 3 nya berbaris rapi menyusul di belakang.  Dan terduduk lemas spontan ke 3 nya tatkala Syaikh bertanya :
"Mau nanya soal aliran sesat yang ada di dusun kita ya? "

Meriang rasanya tubuh si Yassin.
Karena ia memang tak tahu tentang isu itu. Dijawab tak tahu, malu.  Dijawab iya,  takut ditanya di mana sesatnya.  Keputusan bijak si Yasin adalah diam dan mengusap jidat.  Meriangnya sedikit reda.

Yusuf agak pede.  Ditariknya nafas setengah panjang.  Dia perbaiki duduk, dan menoleh ke kiri dan ke kanan.  Di kirinya Yassin di kanannya Lukman. Yassin berdesis dalam hati "si Yusuf ini pasti lah menang,  karena ia pede... "

Yusuf berkata "Iya Syaikh,  itu tujuannya si Lukman,    tapi kalau saya lain.  Tujuan saya, maaf Syaikh, saya ingin jadinya mantu Syaikh"

Kali ini arah topan berbelok.
Syaikh hampir menjatuhkan tasbihnya.

Lukman langsung protes "Tapi saya juga mau jadi mantunya Syaikh,  soal aliran sesat itu  tak penting, selagi ada Syaikh di sini, maka dusun kita aman"

Yassin makin keras desisnya. Telak sudah kalah diriku, pikirnya.  Kedua orang ini telah tunjukkan keberanian.  Maka Yassin mengumpulkan huruf terserak di dada nya.  Huruf huruf : "a n j t a".  Disusunnya menjadi : "jantan"

Cahaya lampu petromax terasa makin terang.  Suhu udara terasa panas bagi Yassin.
"Sebenarnya...  Sebenarnya Syaikh..  saya sudah lama menahan tahanan...  Tertahan tahan saya menahan .."

Syaikh memotong "Apa yang kamu tahan? "
Yassin berdiri tiba tiba.
"Saya berniat menikahi An nisa!"

Petromax seolah berubah menjadi lampu mercury.

Syaikh mengenali mereka bertiga. Sehingga tak sulit memutuskan perkara ini. Toh ketiganya adalah bekas muridnya juga.  Ke 3 nya pemuda yang baik pula.  Tapi kan tentu harus salah satu saja yang akan dipilih.  Tapi Syaikh lupa lupa ingat nama mereka satu persatu.

Syaikh bertanya, dimulai dari kanan.  Tepat Yassin yang berdiri itu.
"Namamu siapa? "
"Yassin,  Syaikh" Jawab Yassin sopan.
"Nama yang bagus.  Coba kamu bacakan surat Yassin..  Jika setoran ayat mu pas maka kamu akan jadi mantuku"

Yassin ditembak petus.
Celaka,  pikirnya. 
"Beri saya waktu sehari saja Syaikh.  Akan saya hafal"

Yassin terduduk.  Galau dia.
Yusuf di samping kanannya sudah mulai merasakan mendung.  Memang belum petir tapi segera datang kabarnya.

Begitu Syaikh melihatnya segera ia jawab, bahkan sebelum Syaikh bertanya namanya.
"Saya Yusuf dan akan saya hafal surat Yusuf,   dalam waktu setengah hari,  Syaikh"

Syaikh tersenyum,"Oo namamu Yusuf?
Nama yang bagus. Ya udah hafal lah.  Siapa yang duluan hafal itu yang akan saya pilih"

Yusuf memang ahli diplomasi.
Dicarinya celah ia bisa menang dari Yassin dengan waktu setengah hari saja untuk hafal surat Yusuf.

Lukman merasa tenteram.  Sebab ia sudah tahu dengan jawaban yang tepat.  Karena ia sudah menduga tanya yang akan diperuntukkan padanya,  sesuai namanya.
Benar,  Syaikh mulai menggeser pandangan ke arah Lukman.
"Kalau namamu siapa? " Pas. Itu pula tanya Syaikh.
Lukman berdiri,  tegas ia jawab :
"Nama saya Qulhu, Syaikh"
😃

No comments:

Post a Comment

Terima kasih atas kunjungan anda