Tuesday, 11 February 2020

Orang Panik Berusaha Bijak


Kisah ini menarik.  Ketika orang orang yang sudah tahu salah dan kalah, berusaha menegakkan benang basah. Akhirnya masuk karung.

Di lain sisi orang orang yang benar dan sabar,  seolah kalah padahal mendapat kemenangan besar.  Akhirnya mashyur dan masuk dalam catatan sejarah, dan dibenarkan dalam kitab suci.

Adalah si Suhayl bin Amr.  Orang terkenal sebagai negosiator ulung.  Ia dikenal sebagai orang yang bijaksana di kalangan Quraishy. 

Ia diutus untuk menemui orang orang yang hendak melaksanakan ibadah ke tanah suci Makkah pada Bulan Maret 628 M atau 6 H.
Ia diutus kaumnya untuk membatalkan kedatangan  orang orang yang datang dari Madinah,  di bawah pimpinan Rasulullah saw yang ke Makkah tidak hendak berperang.

Kenapa Suhayl yang diutus?
Pasalnya sebelumnya telah diutus pasukan besar dengan berkuda sebanyak 200 orang menghadang dan bermarkas di Dhu Tuwa.  Pasukan ini di bawah Khalid bin Walid dan Ikrima, anaknya Abi Jahal. Tapi,  tidak bertemu dengan kaum muslimin karena kaum muslimin mencari jalan lain, jalanan susah berliku dan terakhir sampai di lembah Hudaibiyah. 

Hudabiyah terletak 22 KM arah barat dari Makkah menuju Madinah. Sekarang, jika anda melancong ke sana ada sebuah masjid bernama Ar Ridhwan.

Di lembah itu,  tidak ada sumber air.  Bekas bekas oase dan sumur sudah mengering.  Air tak cukup untuk keperluan umat muslimin itu.  Lalu Rasul mengeluarkan anak panah.  Ada 2 versi soal ini.  Versi pertama,  menurut Muhammad Husein Haekal Rasul memberikan anak panah pada seseorang lalu ditancapkan pada bekas sumur yang ada, dan air pun muncrat.   Versi kedua Rasul sendiri yang menancapkan anak panah itu dengan berjalan dan memilih bekas sumur yang ada.

Ceritanya kenapa kaum muslimin berhenti di lembah ini pun shahih karena Al Qahwa unta betina Rasul tiba tiba terduduk tak mau berjalan lagi.  Seseorang berpendapat unta ini sudah keras kepala,  tapi Rasul mengatakan bukan karena unta ini keras kepala melainkan karena ditahan sebagaimana dulunya gajah ditahan memasuki Makkah.

Singkat cerita,  kembali pada pertanyaan semula : Kenapa Suhayl bin Amr yang diutus?
Iya. Setelah penghadangan tidak terjadi, karena kaum muslimin tidak menempuh jalan di mana pasukan Quraishy menghadang,  lalu  telah diutus pula Urwah bin Mas'ud. 
Tapi apa hasilnya?

Lucu memang.  Urwah kembali ke Makkah.  Ia malah berkata
"Belum pernah saya lihat seorang pemimpin kaum seperti Muhammad memimpin.  Ia dihormati dan dicintai oleh orang orang yang dipimpinnya"

Urwah bin Mas'ud dari Bani Kinanah, agaknya terkesima.  Kebenaran datang pada sisi hatinya kalau yang dilakukan Quraishy menghalangi kaum muslimin yang hendak beribadah ke Ka'bah adalah salah.  Sebab hal itu sudah dilakukan pula oleh agama agama bangsa Arab sebelum ini.  Malah terjadi perdebatan  sesama mereka sekembalinya Urwah dari Hudaibiyah.

Menurutnya,  apa salahnya,  Muhammad bin Abdullah dengan agamanya bersama pengikutnya melaksanakan ibadah pula?
Padahal ia juga orang asli Makkah.  Ia orang Qurashy Bani Hasyim.  Kakeknya lah yang menjaga ka'bah dulu.  Lebih dari itu, nenek moyangnya lah yang mendirikan Ka'bah yaitu Ismail dan Ibrahim.

Kaum Quraishy jengkel pada pendirian Urwah ini. karena panik. Bercampur takut,  gelisah dan galau,  datanglah Suhayl bin Amr ke tengah kumpulan Quraishy.  Suhayl dikenal sebagai orang yang santun, bijak dan pemaaf. Dan seperti orang Quraishy kebanyakan,  ia seorang negosiator yang cakap dan pemberani.

Suhayl bin Amr.  Dengan wibawa dan keahlian dalam negosisi berhadapan dengan Rasulullah di lembah Hudabiyah.  Sepakatlah untuk membuat perjanjian.  Tapi intinya Suhayl dan Kaun Quraishy Makkah menang dalam satu hal yaitu : Kaum muslimin saat itu,  harus balik ke Madinah.  Tak jadi masuk ke Makkah untuk ibadah.

Yang namanya orang sedang membawa pesan pesan dari orang orang yang tengah panik, tentu walau bagaimanapun ikut panik walau dikit.  Begitulah Suhayl kala itu.  Ia yang watak aslinya bijaksana malah ngotot untuk ingin menekan kaum muslimin dan memenangkan butir butir perjanjian.

Orang Quraishy wajar panik. Sebab dia telah dikalahkan oleh 2 perang besar sebelum itu,  yaitu perang Badar dan perang Khandaq. Perang itu tentu menyisakan ketakutan.  Sehingga karena takut itu,  kaum muslimin yang datang ke Makkah untuk tidak berperangpun jadi ditakuti.

Mari kita simak bagaimana proses penyusunan butir perjanjian itu. Antara orang panik berusaha bijak dengan orang yang hendak beribadah ikhlas dengan sabar.

Pertama disepakati yang akan menulis butir perjanjian itu haruslah orang yang cakap menulis.  Pilihan tertuju pada Ali bin Abu Thalib.  Lalu Rasul menyuruh Ali menuliskan kalimat basmalah di atas butir perjanjian, tapi Suhayl berteriak setengah takut.
"Stop.  Saya tak kenal Ar Rahman itu,  gantilah dengan kebiasaan kita,  yaiti Bismika Allahumma"

Ali tak mau. Kaum Muslimin lain menahan marah.  Tapi karena mereka beriman pada RasulNya,  mereka tetap menjaga adab. 

Tiba tiba Rasul menyuruh Ali menghapus dan menulis sebagaimana yang Suhayl bilang.
Agaknya Suhayl lega dan merasa menang.  Udah dua dia menang.  Pertama soal pembatalan kaum muslimin untuk masuk ke Makkah dan kedua soal redaksi basmallah itu.

Setelah selesai butir butir perjanjian disepakati, lalu Rasul menyuruh Ali menulis "Inilah ketetapan Muhammad Rasulullah"
Tapi Suhayl yang "katanya dan rasanya sudah cerdas" memotong lagi:
"Mana mungkin aku setuju itu,  kalau lah memang aku mengakui antum sebagai Rasulullah maka tak akan aku larang memasuki Makkah sekarang untuk ibadah"

Aneh,  Rasul pun mengikuti,  "Ali, hapuslah"
Lalu Suhayl pun berkata "Gantilah dengan Muhammad bin Abdullah"

Rasul pun mengangguk, dan menyuruh Ali menuliskan itu.  Ali enggan.  Dalam satu riwayat Rasul bersabda pada Ali,  "Tidak ditulispun,  aku tetap utusan Allah"

Suhayl merasa udah sukses besar.  Ia dalam hati bangga pada kaumnya, karena  telah berhasil memenangkan diplomasi paling tidak dalam 3 hal.
1. Gagalnya kaum muslimin memasuki Makkah saat itu.
2. Penggantian "Basmallah" tanda ia tidak mengakui adanya tuhan Muhammad.  (padahal itu kan tanda ia mengakui di dalam hati,  tapi menolak dengan mulut, sehingga mesti dihapus)
3. Penggantian "Muhammad Rasulullah" tanda ia tak akui Muhammad sebagai utusan tuhan, yaitu  Allah. Tapi ia hanya akui bahwa Muhammad itu adalah putra Abdullah.

Terlihat lagi kecerdasan Suhayl sudah berkurang,  karena paniknya sebab ia membawa pesan pesan dari orang orang panik (kaum Quraishy Makkah). 

Dapat dianalisis, justru dengan adanya pengakuan Muhammad bin Abdullah akan memberitahu pada khalayak ramai di seluruh Jazirah Arab dan sekelilingnya kalau perjanjian itu adalah identik dengan pengusiran suatu kaum pemilik tanah Makkah juga. 

Artinya orang orang luar akan melihat peristiwa itu sebagai perpecahan sesama kaum Quraishy tapi,  tidak adil.  Karena ada kaum dari bani mereka yang dilarang memasuki kota kelahiran dan tanah nenek moyang mereka.

Konon ada kalimat orang orang di luar suku Quraishy kala itu,  "Biarkan mereka berperang.  Jika Muhammad menang maka dia adalah benar seorang Rasul.  Tapi jika ia kalah maka orang orang Quraishy telah memerangi dan membinasakan kaumnya sendiri"

Suku raksasa dan terhormat sedang berperang.  Tak ada satu pun yang berani mengusik dan ikut campur.

Tapi.
Apakah yang kemudian terjadi?
Sebenarnya,  seperti biasa Rasul juga sudah menduga kalau Orang Quraishy Makkah bakal melanggar perjanjian itu. Aneh bukan?
Sudahlah butir perjanjian itu secara eksplisit memenangkan mereka tapi justru mereka pula yang melanggar kemudian hari.

Karena mereka membuat butir janji itu dalam keadaan panik yang berusaha untuk bijak.

Jadi,  jika hendak bernegosiasi,  marilah tenangkan diri dulu.  Tarik nafas dan ucapkan basmallah.  Tanya hati kecil,  apa benar kita perlu membuat perjanjian itu atau tidak. Jika memang harus berjanji,  maka usahakanlah adil.  Jangan seenak perut kita saja,  dengan menekan orang bermodal kesabaran orang itu.

Butir perjanjian Hudaybiah tak satupun yang bersifat win win solution.  Soal kaum muslimin hanya boleh mengunjungi Makkah tahun depan untuk ibadah, dengan pedang bersarung,  sampai soal pengembalian orang Makkah ke Madinah untuk masuk islam apabila tidak seizin walinya dan sebaliknya tidak demikian jika orang Madinah yang ke Makkah.

Ohya ada beberapa point yang seolah netral,  seperti (1) gencatan senjata 10 tahun,  (2) perjanjian ini berlaku untuk kaum laki laki saja,  (3) orang orang bangsa Arab lain bebas memilih apakah mau masuk ke Makkah atau ke Madinah.

Tapi jika dicermati,  ke 3 nya sungguh menguntungkan kaum muslimin dilihat dari sudut pandang teologi.

Tak mungkin saya ketik banyak banyak soal ini.  Silakan saja baca buku tentang ini dan lengkapi dengan buku biografi Muhammad.  Kalau ada waktu, memang harus disediakan waktu untuk itu sebenarnya,  silakan baca pula shirah nabawiyah dan kumpulan hadist terkait peristiwa perjanjian Hudaibiyah ini.

๐Ÿ˜ƒ
Selamat menambah pengetahuan dan semoga berkah.  Aamiin.

Ohya,  pembaca jangan marah dan benci pula dulu pada Suhayl ini. ๐Ÿ˜ƒ peristiwa ini tentu memang telah terjadi sebagai pelajaran bagi kita semua.   Suhayl kala itu,  memang harus berperan begitu. 

Kita tak usah mengutuknya dulu sebelum tahu kalau dia 2 tahun kemudian menjadi sahabat Nabi kita. 

Ia termasuk orang yang "Thulaqa"
Yaitu orang orang yang masuk islam di saat Futuh Makkah, 2 tahun setelah perjanjian Hudaibiyah,  yaitu 8 H. Pada Tanggal 11 Januari 630 M.

Ia di Makkah setelah itu,  sebagaimana Abu Bakar di Madinah.  Ia yang berseru menenangkan hati dan suasana aqidah kaum muslimin tatkala terdengar kabar wafatnya Rasul di Madinah.

"Wahai kaum muslimin..
Siapa yang menyembah Muhammad,  maka Muhammad telah wafat. Tapi siapa yang menyembah Allah,  maka Allah itu kekal"

Ia meletakkan aqidah pada umat muslim di Makkah kala itu kepada porsi yang benar.   Bahwa Muhammad,  Rasulullah saw,  baginda agung,  kanjeng nabi yang paling mulia,  imam kaum muttaqien dan rahmat bagi alam semesta, simpul cinta semua orang taqwa,  tambatan hati orang yang bersyahadat, yang diimpikan semua orang mukmin untuk bisa bertemu di alam mimpi ketika tidur itu, 
adalah manusia.

Manusia itu punya nyawa.  Dan setiap yang bernyawa akan merasakan mati (Al Ankabut 57)

No comments:

Post a Comment

Terima kasih atas kunjungan anda