Tuesday, 24 March 2020

Covid-19

CORONA VIRUS (COVID 19] antara  Musibah dan dan Azab bukan Tentara Allah

Belakangan kita perhatikan di medsos berbagai macam tanggapan tentang Corona Virus COVID 19 yg mengatakan  itu adalah tentara Allah (jundullah) dlm hal ini saya punya pendapat berbeda Covid 19 bukan tentara Allah, corona adalah penyakit atau virus yg mewabah (Tha'un)

Covid 19 adalah azab bagi orong orang yg menginkariayat ayat Allah sebagaimana firman Allah swt QS Al 'ankabut : 21-22
"Dia(Allah) mengazab siapa yg Dia kehendaki dan memberi rahmat yg Dia kehendaki , dan hanya kebada Allah kamu akan di kembalikan.
Dan kamu sekali kali tidak dapat melepaskan diridari azab Allah baik dibumi maupun dilangit 
dan tidak ada pelindung dan penolong bagimu selain Allah.

Dan bagi org org beriman adalah peringatan dari Allah untuk menguji iman mereka QS 29:2-3 , dan sebagaimana sabda Rasulullah : 
قال رسول الله صل الله عليه وسلم
الطا عوان ايه الرجز ابتل الله عزوجل به ناسا من عباده، 
فاذ سمعتم به فلا تدخلوا عليه ، واذاوقع بارض وانتم بها فلا تغروا منه. (رواه البخري ومسلم)
Rasulillah Salallahu 'Alaihi wasallam bersabda
"Tha'un wabah penyakit menular adalah peringatan dari Allah SWT untuk menguji hamba hambanya dari kalangan manusia, maka apabila kamu mendengar penyakit itu berjangkit di suatu negri janganlah kamu masuk negri itu, dan apa bila wabah itu berjangkit di tempat kamu berada jangan lah kamu lari dari padanya (HR Bukhari dan Muslim dari ushamah bin Zaid)

Monday, 23 March 2020

Pesan itu lewat Corona

Entah tulisan siapa ini? Menyentuh dan sangat mengharu biru kan 😭

KETIKA ALLAH SWT  TAK MAU MENERIMA KITA DI RUMAHNYA. 
TANYA KENAPA.

Allah SWT menurunkan mahluk-Nya yang tak dapat dilihat mata karena terlalu kecil;
bernama CORONA di awal November,
di sebuah negeri yang tak mengenalNya : Wuhan.

Kini si mahluk kecil itu memporak porandakan segala sendi kehidupan 2/3 dunia. 
Ekonomi global mengalami anomali yang sulit dinalar.

Ketakutan dimana mana. 
Kematian cukup banyak hanya dalam waktu singkat saja.

Saat umroh dilarang oleh otoritas Saudia,
.. kita masih tidak terlalu risau karena hanya orang mampu dan terpanggil yang bisa melakukannya. 

Kita masih bisa berapologi : 
" ...Ah umroh kan gak wajib. Lagian rumah Allah kan bukan cuma di Mekkah Madinah.. masih ada Masjid².. Gak masalah Umroh ditutup..."

Pada detik itu,
Hanya berfikir : Allah menutup pintu rumah besarNya hanya untuk kaum - kaum jauh. 
Allah hanya memberikan kesempatan pada penduduk sekitar dan para pelayan sejati yang diperbolehkan bertawaf di baitul atiqNya...

Namun tadi malam,
.. Majelis Ulama Indonesia MUI mengeluarkan fatwa pelarangan Sholat Jumat, Taraweh Ramadhan dan pelaksanaan Sholat Iedul fitri untuk daerah terdampak corona yg ditetapkan pemerintah. 
Dan bisa jadi meluas dari yang sekarang.
Bahkan Mudikpun akan dilarang..

Bertanya dalam renung.
Apakah Engkau marah Rabb-ku ?
Ketika sebelum ini :
Masjid² Megah namun Sepi..
Musholla² Bertebaran namun Berdebu...
Taraweh Ramai namun hanya di Awal Ramadhan..
Lebaran katanya Mudik, namun tetap hanya notifikasi WA-lah yang saling Bermaafan...

Ya Rabb..

Saat tak dibebaskan lagi bagi kami bersujud di rumahMu yang suci,
Saat terbatasi bagi kami berjamaah dengan para jamaah saudara seiman kami,
Baru kami Paham : 
Arti Kehilangan..

Betapa mulai sunyi pengeras suara masjid disekitaran kami dari celoteh kanak² dan pujian²..

Betapa sepi jalanan depan rumah kami dari ramainya TPA dan ibu² yang hendak pengajian...

Betapa terasa saat semua hal yang selama ini kami abaikan itu, telah selanjutnya jadi pelarangan..

Nikmat yang Dicabut itu,
Barulah menggerogoti Relung Kedamaian..

Ya Allah,
Pesan Cinta apa yang ingin Kau sampaikan?

Atau memang sudah tak sudi lagi,
Engkau melihat wajah kami, mendengar keluh kesah kami, menatap tangis kami dan meraba senyum bahagia kami di Rumah²Mu ?

Ya Rabb sekarang kami bisa merasakan bagaimana perasaan saudara kami di Uiyghur, Myanmar, Suriah dan Palestina yang harus berjuang untuk bisa berada di masjid²Mu. 

Sementara kami,
Malah sering dan seringkali malas menuju masjid yg hanya beberapa langkah dengan aman dan nyaman.. 

Ya Rabb kini kami sadar arti silahturahmi yang dulu kami anggap hanya basa basi. 
Sekarang kami tak bisa dalam kerumunan dan forum dakwah yang mendatangkan banyak orang lagi..

Corona..
Mahluk Kecil Tak Nampak oleh Mata..
Namun mampu merusak Tatanan Ketenangan dunia..

Ya Rabb jangan kau buat ramadhan kami nanti akan terasa sepi hambar. 
Membayangkan tak ada sholat taraweh berjamaah, tadarrus ramai ramai, dan membangunkan sahur sambil berkeliling kampung. 
Apalagi membayangkan : Tak ada lagi mudik berdesakan...

Jangan ya Rabb...
jangan ya Rabb...
Jangan Kau cabut Nikmat yang berpuluh tahun kami nikmati namun telah kami abaikan..

Apa Engkau Menyentil kami?
Ketika ada kesempatan,
Kami malah cukup mengumbar WA KoPas-an untuk bermaafan?

Apa Engkau MengKapoki kami?
Ketika takziah yang 1 kota saja,
Kami hanya titip kalimat Innalillah melalui Grup Rekan dan Teman?

Jangan Kau cabut Nikmat ini ya Rabb..
Karena kini,
kami akhirnya benar² hanya bisa bertemu dalam tegur WA atau Kalimat Telpon dan Pesan..

Engkau menuruti kami Ya Rabb..
Menuruti pengabaian kami..
Yang kami ciptakan sendiri..

Maafkan kami Rabbi..
Maafkan kami..

Masihkah ada kesempatan lagi?
Bukankah Maha PengasihMu,
Melebihi MurkaMu pada kami ?

Ya Rabb..
Hidupnya Mahluk Corona adalah semata mata atas KehendakMu.
Engkau yang Menghidupkan segalanya..
Engkaupun yang Mematikan segalanya..

Mohon Ya Rabb
Panggil kembali mahluk corona ke tubuh tubuh hewan seperti sebelumnya. 
Cukupkan tugas mereka untuk mengingatkan kami semua. 

Ya Allah,
Berilah obat untuk wabah ini.
Dan Berilah tobat bagi kami..

Pertemukan kami dengan ramadhan penuh berkah,
Tanpa Corona antara Kita. 
Aamiin ya rabbal alamin.

Bagikan 5 grup karena ucapan adalah do'a semoga Allah mengabulkan permintaan kita Aamiin.. 🙏

Tolong Aamiinkan ramai ramai ❤️
keseluruh medsos kemana saja agar gema aamiin didengar oleh Azza Wajalla wa Maliki yaumudin 🙏

#muhasabahdiri

Sunday, 22 March 2020

Ilmu Secangkir Kopy

Ilmu Tingkat Tinggi
😀
Ada dan Tiada

Cangkir menjadi ada,  bukan karena bentuk wujudnya yang terlihat. Tapi sesungguhnya ia ada karena ada ketiadaan didalamnya.  Cangkir memiliki ruang hampa di antara sekat melingkar dan menjadilah ia wujud sebagai cangkir.   

Apakah ruang hampa yang tiada apa apa itu disebut cangkir? 
Tentu tidak.  Tapi ketiadaan di dalam cangkir adalah salah satu mewujudnya sebuah cangkir.  Tanpa "ketiadaan" itu maka cangkir tak pernah ada.  Tak pernah tampak dan bahkan namanya saja juga tak akan pernah disebut. 

Lain hal dengan mobil.  Mobil terlihat ada.  Tapi tanpa pengendara,  mobil hanya sebuah barang tak berguna selain pajang mengisi ruang di bumi.   Mobil itu menjadi sebuah mobil yang berfungsi hanya apabila ada si pengendara yang mengatur dan mengendalikan mobil itu.  

Apakah si pengendara itu adalah mobil? 
Tentu tidak.  Mobil bukan pengendara dan pengendara bukan mobil.  Tapi keduanya mewujud dalam sebuah kenyataan mobil yang bergerak dan seolah hidup. 
😀

Begitulah cara memahami kalau sebenarnya manusia itu,  tak pernah ada. Ia menjadi ada karena jasadnya dikendalikan oleh sesuatu.   Sebutlah sesuatu itu pikirannya.  Lalu apakah pikirannya itu dirinya? 
Tentu tidak.
Apakah jasadnya itu dirinya? 

Disinilah mulai kening berkerut dan hati mulai menghamba dan merasa. 
Jasad atau diri atau personal (dari bahasa Yunani : persona = topeng) manusia sering dipersepsikan sebagai "aku" dan "kamu"

Padahal jika memang diri itu "aku" maka bisakah berkehendak sesuai dengan pikirannya? 
Bisakah ia mengatur diri jasad tadi dengan sempurna? 
Bahkan detik ke berapa ia tidur dan kapan terbangun saja dia tak tahu.  Rambut memutih pun dia tak kuasa melarang. 

Apakah semua yang berpikir dan merasa di dalam diri jasad itu adalah "aku"?
Apa iya?  Apa bisa isi pikiran dan isi perasaan itu bisa sekehendaknya? 
Tidak juga kan?? 

Pendek kata,  "aku" pada diri manusia itu secara totalitas tak pernah ada. 
Adanya manusia karena terdapatnya "ketiadaan yang tak terlihat" dalam diri itu.  Jika ingin menemukan "aku" yang sebenarnya,  maka Ia harus berada di luar jasad dan di luar pikiran dan perasaan manusia. 

Jika masih mengganggap siapa yang berfikir itu adalah "aku" maka bisakah anda menentukan isi pikiran dan apa yang akan dipikirkan? 
Ternyata tidak.  Pikiran berjalan seolah ada yang mengatur. Pikiran adalah pikiran bukan yang berfikir.

Sama hal dengan mobil adalah mobil, pengendara adalah pengendara. Berbeda ke duanya.  Isi pikiran,  atau apa yang dipikirkan,  serta yang berfikir tidak sama.   Yang berfikir dengan yang mengatur, mengendalikan   berfikir itu juga tidak sama.  Yang jelas "aku" yang anda sangka pada diri anda itu, bukanlah siapa yang sebenarnya. 
😀🙄
Out of the box
Have a nice day

Wednesday, 18 March 2020

Hukum Islam dan Corona

*Tentang Shalat Berjamaah*
 © Ustadz Felix Siauw 

Shalat berjamaah itu istimewa, tapi bila anda penderita TBC, hukumnya menjadi berbeda bagi anda, shalat berjamaah bisa jadi makruh bahkan haram, karena berpotensi menular

Apa yang bisa mengubah hukum shalat berjama'ah yang tadinya sunnah menjadi haram? Fakta. Darimana fakta ini? Dari para ahli, sebab mereka yang lebih tahu

Jadi, bukan Islam yang berubah, tapi fakta yang dihukumi yang berubah, karena itu berubah pula hukum fiqihnya. Dan Islam tak pernah menutup diri dari fakta

Itulah tugas ulama, mendalami fakta yang disajikan ahli, lalu menghukumi dengan dalil yang paling tepat. namanya fatwa itu, jika benar pahalanya 2, jika salah pahalanya 1

Artinya, ketika ulama sudah memfatwakan, dalam situasi pandemik covid-19 ini, ummat Muslim diminta untuk shalat dirumah untuk "social distancing", ya itu hukum fiqih

Jangan dibenturkan dengan dalil shalat berjamaah, sebar tulisan bahwa "harus tetap ke Masjid", "tetap hidupkan sunnah", atau "lebih takut Allah atau corona", ini nggak tepat

Ada yang bilang, "Tapi kita kan nggak kena covid-19?!", masalahnya ini pandemi, dan kalau sudah sampai titik itu, kita harus ambil tindakan pencegahan paling ekstrim

Yaitu, menganggap kita semua sudah terinfeksi covid-19, dengan tindakan itu, kita bisa mencegah dan memutus infeksi, membantu para tenaga profesional kesehatan

Minimal, dengan mengurangi berkumpul, kita ikut mengurangi potensi penyebaran covid-19, mengurangi juga angka kematian karena yang sakit bisa dirawat

Ada yang bilang juga "Tapi mati sudah takdir, terinfeksi covid juga takdir, mau dihindari kalau sudah takdir gimana? Mau berjamaah kalau belum takdir juga nggak kena", Wow

Itulah kenapa ikut kajian itu perlu, hingga kita ber-Islam itu bisa semakin baik dari waktu ke waktu, insyaAllah kita coba bahas live nanti, kalau masih ada waktu

Intinya, jangan anggap kalau kita tetap shalat jamaah di masa-masa begini sebagai "lebih beriman", ulama lebih tahu hukum fiqih, kita tinggal ikut fatwa ulama saja

Dan berdoa terus, semoga keadaan ini membuat kita lebih taat pada Allah, sampai Allah angkat musibah ini, dan kita bisa lanjut shalat jamaah dan kajian lagi

#shalat #jamaah #masjid #covid19